Part 2 - Debur ombak pantai
Pov Rizka
Noe masih mau malas-malasan di kamar setelah sarapan. Padahal aku pengen banget keluar pantai pagi-pagi.
"Aku ke pantai duluan aja ya sayang. Bye" kataku sambil mencium kening suamiku.
"Iya sayang nanti aku susul, WA aja ya." jawabnya sambil menyeruput kopi.
Hotel kami dekat dengan pantai, jadi aku berjalan kaki saja sambil menikmati udara pagi pulau Bali. Memang jalan-jalan di kala pandemi seperti ini ada bagusnya juga, tujuan wisata populer jadi sepi banget. Bisa benar-benar menikmati suasana.
Sepanjang perjalananku ternyata ada saja lelaki yang memperhatikanku. mungkin mereka terpana kali ya dengan wajah dan bodyku, hehe. Memang pakai bikini meski tidak minim banget bisa membuat keseksianku naik berkali-kali lipat. Aku makin pede saja, mungkin juga karena tidak ada yang mengenaliku di sini. Maklum sehari-hari aku berjilbab di kantor, hehe.
Pemandangan pantai pagi itu begitu indah, cahaya pagi menghangatkan tubuhku. Aku kemudian berjemur di sebuah kursi pantai yang memang disediakan bagi wisatawan. Pukul 8 pagi cahaya mentari makin terasa di kulitku yang kuning langsat. Kuoleskan sunblock cream di seluruh badanku yang tak tertutup bikini.
“Hello Miss. May I?” sapa seorang turis bule yang duduk di sampingku sambil menunjuk botol lotion sunblock.
Saking asyiknya menikmati pemandangan, aku tidak sadar akan kehadirannya. Mungkin sedari tadi ia memperhatikan tubuhku ini, hehe.
“Ehh, sure. Why not?” jawabku sambil memberikan botol lotion sunblock padanya.
“I’m Mike from Aussie, and you?” katanya memperkenalkan diri.
“I’m Rizka from Java. Are you come alone?” jawabku sambil basa basi.
“Yea, kind of. My mate left me to the pub, I prefer here. Calming. And you?” Jawabnya sambil meratakan lotion sunblock ke punggungku. Kurasakan tangan besarnya begitu halus menyentuh kulitku.
“Do you see anyone else?” Jawabku sambil menatap wajah Mike. Tentu kalau dibandingkan dengan Noe, Mike lebih menarik. Ganteng sih standar, tapi postur bulenya tentu lebih tinggi dan besar. Mungkin juga kontolnya lebih besar, ah pasti itu.
“Oh, I see, I’ll keep you company then.” Kata Mike sambil mengusap kaki dan pahaku dengan lotion.
“Hmmm… your touch is so gentle. You must be good with ladies.” Pujiku sambil menikmati sentuhan Mike di sekitar pantatku.
“Thanks, but not much luck with them ladies. Think I’m good by myself right now.” Jawab Mike sambil memijit pelan pahaku. Kubuka lebih lebar pahaku agar dia lebih leluasa memijat. Tampaknya Mike paham isyaratku ini. ooohhh… darahku berdesir seiring makin dekatnya jemari Mike dengan selangkanganku.
Aku menggelinjang pelan di atas kursi pantai itu. Tidak banyak orang di pantai itu, tapi aku tak peduli juga kalau ada yang melihat.
“Well, looks like it’s done, Rizka. Enjoy your sunbathing!” tukas Mike ketika selesai mengolesi seluruh tubuhku dengan lotion.
“It was so good Mike, thanks. Where are you staying?” tanyaku yang sudah sange.
“That hotel over there, room 305 if you’re planning to visit me.” Jawab Mike sambil mengedipkan sebelah mata.
“Wow, same hotel, What a coincidence, I’m on 412. But don’t you dare to knock my door, yet.” Jawabku genit.
“Understandable Ma’am. Hahaha” jawabnya sambil menepuk halus pundakku.
Sejenak kubuka handphoneku yang sedari tadi kusimpan dalam tas kecil. Oh God! Ternyata ada sekian pesan dan telepon WA dari suamiku.
“Sayang kamu di sebelah mana? Aku tunggu di bawah payung hijau ya.” tulis Noe sekitar 10 menit lalu.
“Oke sayang aku kesana sebentar.” Jawabku sambil berkemas.
“It was nice to meet you Mike, but I really have to go now. Sorry, maybe catch you later.” Kataku berpamitan.
“Well, do what you have to do! See you around!” jawab Mike.
Beberapa langkah dari situ, aku baru sadar apabila ada sepasang mata yang mengamati kami sedari tadi. Noe, suamiku!
“Dapat kenalan baru sayang?” tanya Noe datar.
“Ehh, iya sayang tadi kenalan ngobrol sebentar.” Jawabku deg-degan.
“Oh, Cuma ngobrol ya, kirain olesin lotion juga.” Tukas Noe. Aku semakin deg-degan dibuatnya. Tak bisa ku berkata-kata di hadapan suami yang baru menikahiku itu.
“Kalau kamu suka gapapa sayang, aku juga suka lihat kamu begitu.” Bisik Noe sambil menciumi leher dan telingaku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi, sudah kepalang basah kami pun berciuman di pantai yang lengang itu.
*** bersambung ***
Komentar
Posting Komentar